PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar.

 

Bencana tidak bisa kita hilangkan, tetapi bisa dikurangi Risikonya. Bagi siapa saja yang ingin berbagi mengenai upaya pengurangan risiko bencana silahkan mengirim tulisan singkat dapat disertai dengan foto ke alamat email ini : edienugroho@yahoo.com tulisan & foto dalam attach file dengan mencantumkan biografi singkat. Tulisan, Foto yang ada dalam blog ini dapat di sebarluaskan tanpa perlu ijin dari penulisnya. Bagi yang ingin menggunakan segala Tulisan & Foto atau segala sesuatu yang ada dalam blog ini untuk sebuah keperluan apapun Wajib mencantumkan sumbernya ( penulis )

Translate

Bagikan ke :

Share |

Pengunjung

Selasa, 15 Juni 2010

WASPADA GEMPA

Jelas tidak mungkin meminta masyarakat untuk berjaga-jaga selama sepuluh tahun bersembunyi di kolong. Tetapi kewaspadaanlah yang perlu dimiliki. Banyak pertanyaan seputar kewaspadaan terhadap bahaya gempa ini . apa maksudnya WASPADA ?

Waspada itu bermakna SIAP !


Kaget artinya ga siap !

Waspada itu berbeda dengan was-was. Waspada dalam bahasa inggris disebut alert, sedangkan was-was itu worry. Ada sedikit rasa takut dalam rasa was-was, tetapi ada kata SIAP dalam makna waspada.
Demikian juga akhirnya orang yang waspada harus siap menghadapi apa saja yang bakal terjadi.

Ada beberapa point utama yang perlu diperhatikan dalam hal ini :
• WASPADA itu bukan hanya ditujukan ke si (calon) korban bencana. Namun kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh banyak pihak termasuk si penolong TIM SAR, pemerintah daerah dan pemerintah pusat juga pejabat dan masyarakat lain pada umumnya.
• Salah satunya JANGAN NUNGGU LAPORAN ! perhatikan data ilmiah yang sudah tersedia. Besarnya, lokasinya, kedalamannya dll. Data ini memang tidak 100% benar, tetapi gunakan data terakhir yang ada.
• Lihat parameter gempa. Konsentrasikan pada skala Mercali- MMI, bukan magnitude yang lebih bermakna pada kajian saintific atau kajian ilmiah. Skala Mercali-MMI akan lebih menunjukkan derajat kerusakan di permukaan.
• Masyarakat perlu (wajib) memiliki “ILMU” atau pengetahuan tentang kegempaan dan kondisi lingkungan sekitar tempat hidupnya.

Beberapa ciri penting fenomena kegempaan yang perlu diketahui adalah :
• Datangnya tiba-tiba.
o Seringkali bergetar awal, gempa utama (main shock) selama 1-2 menit, kemudian ada jeda sekitar 10-15 menit diikuti gempa susulan.
o Gempa susulan lebih kecil dari gempa utama, lama dan besarnya tergantung dari besarnya gempa utama.
• Goyangannya merusak bangunan yang sudah ada.
o Gempa tidak menyebabkan kematian, tetapi bangunan dan runtuhan (longsoran) yang menyebabkan kematian
o Bangunan yang terkoyak oleh gempa utama seringkali menjadi hancur lebur pada gempa susulan.
• Hujan yang terjadi setelah gempa akan sangat berisiko menyebabkan longsoran lebih parah.

Dengan mengetahui ciri goyangan gempa maka dapat diambil tindakan penyelamatan yang sesuai. Ketika terjadi gempa hindakan diri dari kejatuhan benda. Usaha penyelamatan diri harus melihat kedua aspek diatas. Ketika dalam bangunan gedung usahakan keluar. Tetapi kalau berada di lantai atas, usahakan menghindari dari jatuhan.
Ketika jeda antara gempa utama dan susulan, usahakan lari menghindar keluar bangunan.


Seperti kita tahu, gempa merupakan aktifitas endogen, aktifitas dari dalam bumi. Namun tidak seperti volkanisme, gempa memiliki karakteristik khusus yaitu SULIT DIDUGA !. Gempa juga berbeda dengan bencana akibat fenomena atmosferik, misal hujan, banjir, badai, angin puting beliung dan lain-lain.
Karena sifatnya yang MENDADAK inilah maka gempa memiliki ciri khusus dan cara khusus dalam berkenalan dengannya. Jangan sampai hanya mampu terkaget-kaget ketika terjadinya sesuatu. Kaget itu mengandung arti tidak siap. Jadi waspada boleh diartikan tidak terkaget-kaget ketika hal itu terjadi.
Dalam bahasan resmi dan lebih ilmiah, peningkatan kewaspadaan terhadap bahaya bencana gempa dapat dilakukan dengan mitigasi. Namun sayangnya yang konsen terhadap mitigasi kegempaan ini belumlah mendarah daging di dalam masyarakat.



Mitigasi.

Mitigasi adalah salah satu usaha untuk mengurangi risiko dalam menghadapi bencana (bahaya). Sudah banyak ditulis tentang perlunya mitigasi bencana-bencana di Indonesia ini. Dibawah ini salah satu contoh panduan pengetahuan tentang mitigasi gempa yang diambil dari UNDP.
• Mekanisme kerusakan
o Energi getaran yang dikirimkan lewat permukaan bumi dari kedalaman. Getaran menyebabkan kerusakan dan menghancurkan bangunan-bangunan, yang pada gilirannya bisa membunuh dan melukai orang-orang yang bertempat tinggal di situ. Getaran juga mengakibatkan tanah longsor, pencairan, runtuhnya bebatuan dan kegagalan-kegagalan daratan yang lain, yang merusak tempat- tempat hunian di dekatnya. Getaran juga memicu kebakaran berganda, kecelakaan industri atau transportasi dan bisa memicu banjir lewat jebolnya bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul penahan banjir.
• Parameter kedahsyatan
o Skala ukuran ( Richter, Momen Seismik ) menunjukkan jumlah energi yang dikeluarkan pada episenter- ukuran dari satu daerah yang terlanda gempa bumi secara kasar terkait dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Skala intensitas ( Mercalli yang Dimodifikasi, MSK ) menunjukkan kekuatan dari getaran bumi pada satu lokasi-kekuatan getaran juga terkait dengan banyaknya energi yang dikeluarkan, jarak dari episenter gempa bumi dan kondisi- kondisi tanah setempat.
• Penyebab
o Pelepasan energi oleh penyesuaian- penyesuaian geofisik jauh di kedalaman bumi sepanjang daerah retakan yang terbentuk di dalam kerak bumi. Proses-proses tektonis dari gerakan benua yang lamban di atas permukaan bumi. Pergeseran-pergeseran geomorfologi setempat. Aktivitas vulkanis.
• Pengkajian bahaya dan teknik-teknik pemetaan
o Kejadian gempa masa lampau dan pencatatan yang akurat dari luas lahan dan pengaruh- pengaruhnya: kecenderungan gempa bumi untuk muncul lagi di daerah-daerah yang sama setelah masa seratus tahun.
o Identifikasi darisistim-sistim retakan gempa dan daerah- daerah sumber gempa. Dalam kasus-kasus yang langka sangat memungkin-kan untuk mengidentifikasikan faktor penyebab kerentakan-keretakan secara sendiri-sendiri.
o Pengukuran akan probabilitas adanya kekuatan-kekuatan gerakan bumi yang beragam pada satu tempat sehubungan dengan masa kembalinya ( waktu rata-rata antar kejadian ) untuk satu intensitas.
• Potensi pengurangan bahaya
o Tidak ada. (dalam artian mengontrol gempanya)
• Serangan dan peringatan
o Seketika. Sampai sekarang tidak memungkin- kan untuk meramalkan munculnya gempa bumi dalam jangka pendek dengan tepat.
• Elemen-elemen yang paling beresiko
o Kumpulan-kumpulan bangunan yang lemah dengan tingkat hunian yang tinggi.
o Bangunan- bangunan yang didirikan tanpa perhitungan teknik sipil oleh pemilik rumah: tanah, pecahan batu dan bangunan dari batu tanpa diperkuat oleh kerangka.
o Bangunan-bangunan dengan atap yang berat.
o Bangunan-bangunan tua dengan kekuatan samping yang kecil, bangunan-bangunan yang berkualitas rendah atau bangunan-bangunan dengan konstruksi- konstruksi yang cacat.
o Bangunan-bangunan tinggi yang jauh dari gempa bumi, dan bangunan-bangunan yang dibangun diatas tanah yang lembek. Bangunan-bangunan yang ditempatkan pada lereng-lereng yang lemah.
o Infrastruktur di atas tanah atau tertanam di dalam tanah-tanah yang mengalami perubahan bentuk. Pabrik-pabrik industri dan kimia juga mendatangkan resiko sekunder.
• Strategi-strategi mitigasi utama
o Rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan getaran. Undang-undang bangunan gempa.
o Kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi.
o Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut standar tinggi dari rancangan teknik sipil.
o Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada yang diketahui rentan. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi. Asuransi, penetapan zona gempa dan peraturan- peraturan tata guna tanah.
• Partisipasi Masyarakat
o Konstruksi bangunan-bangunan tahan gempa dan keinginan untuk bertempat tinggal di dalam rumah-rumah yang aman terlindung dari kekuatan-kekuatan gempa. Kesadaran akan resiko gempa bumi.
o Aktivitas-aktivitas dan pengaturan isi bangunan dilakukan dengan selalu mempertimbangkan adanya kemungkinan getaran bumi.
o Sumber-sumber kebakaran yang terbuka, peralatan yang berbahaya dan sebagainya dibuat stabil dan aman.
o Pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan pada saat terjadi suatu gempa bumi; partisipasi dalam latihan-latihan gempa bumi, praktek-praktek, program-program kesadaran umum. Kelompok-kelompok aksi masyarakat terhadap perlindungan sipil: pelatihan pemadaman kebakaran dan bantuan pertama. Persiapan memadamkan kebakaran, alat-alat penggalian dan peralatan perlindungan sipil yang lain. Rencana-rencana perkiraan untuk pelatihan anggota-anggota keluarga pada tingkat keluarga

Sumber : rovicky.wordpress.com & Sumber lainnya

Komentar :

ada 0 komentar ke “WASPADA GEMPA”

Posting Komentar

Fase Bulan

CURRENT MOON
 

Snap Shots

Get Free Shots from Snap.com
This Blog is Made for Interest or Media Information Dissemination Campaign for Disaster Risk Reduction and Share Experiences | Made by Edie Nugroho